Praktikan :
·
Megaswari Eka Cipta W.
·
I.
ACARA
Pirolisis
limbah PVC
II. TUJUAN
1. Siswa
dapat melakukan absorbsi HCl pada pirolisis limbah paralon ( akualon ).
2. Siswa
dapat menganalisis kadar HCl yang terdapat pada pipa akualon
III. DASAR
TEORI
A. Pengertian
pirolisis
Briket batubara terkarbonisasi adalah
briket yang sebelumnya mengalami suatu proses karbonisasi. Karbonisasi adalah
proses pemanasan batubara sampai suhu dan waktu tertentu (200–1.000 °C
(390–1.800 °F) pada kondisi miskin oksigen untuk menghilangkan kandungan
zat terbang batubara sehingga dihasilkan padatan yang berupa arang batubara
atau kokas atau semi kokas dengan hasil samping tar dan gas.
Proses ini digunakan secara umum
dalam industri kimia, misalnya, untuk menghasilkan arang, karbon aktif, metanol, dan bahan kimia lainnya dari kayu, untuk
mengkonversi etilena diklorida menjadi vinil klorida untuk
membuat PVC, untuk menghasilkan kokas dari batubara, untuk mengubah biomassa menjadi gas sintesis
dan biochar, untuk mengubah limbah plastik kembali menjadi minyak yang dapat
digunakan atau limbah menjadi zat yang aman sekali pakai, dan untuk mengubah hidrokarbon dengan berat molekul menengah seperti minyak menjadi yang lebih ringan seperti bensin. Pirolisis juga digunakan dalam pembuatan
nanopartikel, zirkonia dan oksida memanfaatkan nozzle
ultrasonik dalam proses yang disebut ultrasonic spray pyrolysis (USP).
B. Pengertian PVC
Polivinil klorida (
IUPAC: Poli(kloroetanadiol)), biasa disingkat
PVC, adalah
polimer termoplastik
urutan ketiga dalam hal jumlah pemakaian di dunia, setelah
polietilena
dan
polipropilena.
Di seluruh dunia, lebih dari 50% PVC yang diproduksi dipakai dalam konstruksi.
Sebagai bahan bangunan, PVC relatif murah, tahan lama, dan mudah dirangkai. PVC
bisa dibuat lebih elastis dan fleksibel dengan menambahkan
plasticizer,
umumnya
ftalat. PVC yang fleksibel
umumnya dipakai sebagai bahan pakaian, perpipaan, atap, dan insulasi kabel
listrik.
PVC diproduksi dengan cara
polimerisasi
monomer
vinil klorida (CH2=CHCl).
Karena 57% massanya adalah
klor, PVC adalah polimer yang menggunakan bahan baku
minyak bumi
terendah di antara polimer lainnya.
Proses produksi yang dipakai pada umumnya adalah
polimerisasi suspensi.
Pada proses ini, monomer vinil klorida dan air diintroduksi ke reaktor
polimerisasi dan inisiator polimerisasi, bersama bahan kimia tambahan untuk
menginisiasi reaksi. Kandungan pada wadah reaksi terus-menerus dicampur untuk
mempertahankan suspensi dan memastikan keseragaman ukuran partikel resin PVC.
Reaksinya adalah
eksotermik, dan membutuhkan mekanisme pendinginan untuk
mempertahankan reaktor pada temperatur yang dibutuhkan. Karena volume
berkontraksi selama reaksi (PVC lebih padat daripada monomer vinil klorida),
air secara kontinu ditambah ke campuran untuk mempertahankan suspensi.
IV. ALAT
DAN BAHAN
a. Alat
yang digunakan dalam praktikum :
·
Kaleng bekas
·
Pendingin liebig
·
Erlenmeyer 500 ml
·
Erlenmeyer 200 ml
·
Labu takar 100 ml
·
Pipet volume 20 ml
·
Pipet volume 10 ml
·
Buret 50 ml
·
Pipet tetes
·
Pipa kaca
·
Corong kaca
·
Statif & klem
·
Slang air
b. Bahan
yang digunakan dalam praktikum :
·
Limbah pipa ( akualon )
·
Larutan borax
·
Indikator MO
·
Kertas saring
·
Gypsum
·
Alkohol
·
pH universal
V. LANGKAH
KERJA
No.
|
Langkah Kerja
|
Hasil Pengamatan
|
1.
|
Disiapkan
pipa paralon bekas (limbah PVC). Pipa paralon tersebut sudah dalam keadaan
yang terpotong potong atau berukuran kecil. Kemudian, pipa paralon bekas
ditimbang.
|
Pipa
paralon yang ditimbang sebesar 325 gram
|
2.
|
Dirangkai
pipa kaca dan pendingin lalu dipasang pada tutup kaleng besar yang sebelumnya
sudah dilubangi, sesuai ukuran pipa kaca.
|
|
3.
|
Serpihan
pipa paralon dimasukkan kedalam kaleng besar, lalu ditutup rapat.
|
|
4.
|
Disiapkan
gypsum yang sudah diberi air, lalu dilumurkan pada bagian kaleng yang
sekiranya belum rapat.
|
Supaya
tidak terdapat celah pada kaleng sehinnga gas HCl tidak keluar
|
5.
|
Jika
sudah rapat, diletakkan erlenmeyer pada ujung pendingin.
|
Erlenmeyer
berisi aquadest harus disesuaikan agar ujung pendingin tercelup dalam
aquadest.
|
6.
|
Setelah
siap, hotplate dinyalakan, dan tunggu hingga terdapat asap yang selanjutnya
akan mengalir pada erlenmeyer berisi aquadest.
|
|
7.
|
Ditimbang
boraks yang telah disiapkan.
|
Borax
ditimbang sebanyak 4,775 gram.
|
8.
|
Selanjutnya
dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml.
|
Dilarutkan
dengan aquadest sebanyak 250 ml.
|
9.
|
Dikocok
larutan tersebut hingga homogen.
|
|
10.
|
Larutan
HCl yang terdapat pada erlenmeyer dimasukkan dalam buret.
|
Larutan
HCl yang dimasukkan sebanyak 50 ml.
|
12.
|
Setelah
siap, diambil larutan boraks yang sudah diencerkan dan dimasukkan dalam
erlenmeyer.
|
Larutan
borax yang diambil sebanyak 10 ml.
|
13.
|
Ditambahkan
3 tetes indikator MO, kemudian dilakukan titrasi dengan HCl, sampai berubah
warna.
|
Larutan
akan berubah warna menjadi warna merah muda.
|
14.
|
Titrasi
dilakukan sebanyak 3 kali dengan erlenmeyer yang berbeda. Catat hasilnya.
|
Borax
(diencerkan sebanyak 5 kali) :
a.
Titrasi pertama : 3,4 ml
b.
Titrasi kedua
: 3,1 ml
c.
Titrasi ketiga
: 3,0 ml
Dengan
menggunakan borax murni :
a)
Titrasi : 15,0 ml
|
VI. PERHITUNGAN
Data
praktikum
1. Hasil
titrasi dengan borax
Titrasi ke -
|
HCl yang dibutuhkan
|
1
|
3,4 ml
|
2
|
3,1 ml
|
3
|
3,0 ml
|
4
|
15,0 ml
|
Rata –
rata borax (pengenceran 5 kali )yang dibutuhkan :
=
3,4 ml + 3,1 ml + 3,0 ml / 3
=
3,17 ml
2. pH
HCl = 1
3. Penentuan
normalitas HCl
a) Menggunakan
borax yang diencerkan sebanyak 5 kali
V1
x N1 = V2 x N2
3,17 ml x N1 = 10 ml / 5 x 0,1 N
N1 = 0,2 N / 3,17
N1 = 0,06 N
N HCl = M
HCl
M HCl = 0,06 M
n = M
x V
= 0,06 mol / liter x 0,5 liter
= 0,03 mol
Massa HCl =
mol HCl x Mr HCl
= 0,03 mol x 36,5 g / mol
= 1,950 gram
= gram / massa sampel x 100%
= 1,095 gram / 325 gram x 100 %
= 0,0034 x 100%
= 0,34 %
VII. PEMBAHASAN
Pada saat proses pemanasan limbah PVC masih terdapat
beberapa bagian yang telah dilumuri gipsum tetapi masih bocor atau berlubang,
sehingga menyebabkan gas hasil pemanasan keluar dan terbuang. Hal ini membuat
larutan HCl yang dihasilkan tidak maksimal.
VIII. KESIMPULAN
Dari
praktikum yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Kadar
normalitas HCl yang dilakukan dengan menggunakan borax yang diencerkan sebanyak
5 kali sebesar 0,063 N, sedangkan apabila menggunakan borax murni kadar
normalitas tersebut sebesar 0,07 N.
2. Semakin
kecil kadar normalitas pada HCl, semakin banyak borax yang dibutuhkan untuk
melakukan titrasi, begitu juga sebaliknya semakin besar kadar normalitas pada
HCl semakin sedikit borax yang dibutuhkan untuk melakukan titrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Diakses pada tanggal 14 September 2017 pukul 14.16 WIB
Diakses pada tanggal 14 September
2017 pukul 15.04 WIB